Basah dan teduh bagian 1
bukankah mendung akan selalu ada,
selagi matahari mengambek?
ia lelah pada kesendiriannya yg tdk begitu
dipercaya
pada langit dan hujan.
bukankah kau juga sama seperti mendung?
tertutup warna gelap, menyembunyikan asa.
aku lelah menunggi di kursi pesakitan.
yg tak kunjung kau sapa dengan harap.
lalu siapa yg berhak bermendung?
salahkah bila pilihan itu akan lebih dari
satu?
lalu kepada siapa mendung mengadu?
sepertinya tidaka ada lagi tempat untuknya.
seperti layaknya mendung hari ini.
tak ada seorangpun yang mau menaninya.
hanya sendiri ia bersamaan turunnya hujan.
yg hanya berfikir jatuh, lalu basah.
tidak seperti mendung..
yg sudah sejuk sebelum hujan datang.
kenalkan, namaku "Mendung"..
sejak satu, salah 2 tahun lalu ..
sejak mendung tahu pangeran hatinya telah
berpermausuri..
kemudian seluruh harinya berubah warna.
sosok kacamata yg ia fikir benar untuk
hatinya, kini hilang..
atau mungkin musnah.
kalau kau tahu,
hati ini sangat mendung.. bercampur petir
yang beradu
menyambar ketika melihatmu dengan gadis
itu.
setiap hari sepertinya tak putus hariku
bertemu dengan sosok seperti kalian..
(kemudian ia membanting buku). kalau saja
kaluan tahu..
bagaimana perasaanku saat ini, mungkin
melebihi kotoran yg diinjak-injak.
padahal, aku sudah lebih dulu tahu dan
mengenalnya.
menaruh hati padanya. hanyaa, memang aku
adalah wanita yang sangat bodoh !
menyimpannya saja sendiri seperti 3-4 tajun
silam. perbuatan ini kulakukan kembali.
aky menyimpannya dan berpura-pura kuat.
kesalahan yg selalu kuulang-ulang dan kuhancurkan sendiri semuanya.
sebodoh inikah mendung? (diam lumayan lama
kemudian membanting vas bunga hingga pecah).
ya.. memang bodoh! membodohi diri sendiri
memang mudah. menghakimi dan kemudian memperolok. AKU INI TIDAK PANDAI SEPERTI
WANITA-WANITA LAIN! AKU TIDAK PANDAI UNTUK MERAYU! DAN MENDAPATKAN SEBUAH CINTA
!
..
(menangis).. yaa Tuhan, jika boleh kuiris
nadiku, sudah kuiris berkali-kali hingga putus. Ohh Tuhan, lalu apa yg mesti
kuperbuat?
(berlari-lari mencari cahaya, mencari celah
dari warna mendung)
sepucuk surat ini tidak berarti apa-apa
tanpa kemendungan dihatiku.
sesuatu yg tak mampu ku ungkapkan, dan aku cukup
gila menyikapinya..
padahal setiap hari aku menengadah kepada-
NYA
memohon ketenangan jiwa..
memohon keimanan hati..
aku hanya ingin semua tahu.. bahwa aku pun
bisa jatuh cinta, bisa sakit hati.
kepadanya yg menyakitiku dengan tulus.
padahal ia pun tak tahu menahu tentang ini.
yaa.. aku memang bodoh.
menyembunyikanya dengan sangat rapat.
tanpa udara, maka sakit.
namun aku tetap kuat.
tetap mampu bersandar.. pada kuasa -NYA.
"Karena aku mencintai yg sewaktu-waktu
pergi..
yg sewaktu-waktu diambil, yg sewaktu-waktu
mati. dan aku menjadi
belajar tentang melepaskan, bahwa sebenarnya
aku ..
tidak pernah punya apa - apa".
Komentar
Posting Komentar