Memahami anak, memahami Literasi

Memahami Anak, Memahami Literasi


Bismillah, Assalamualaikum.. 

Tahun pertama menjadi wali kelas tentu membuat saya senang sekaligus takut. Ya, takut karena ini adalah pengalaman pertama saya menjadi guru kelas seutuhnya. Senang sekaligus bingung langkah apa yang harus saya lakukan kepada calon wali murid nantinya untuk pertama kali. Menjadi guru saya pikir adalah menjadi super women. Karena di tuntut untuk menguasai semua hal. Dari orang tua, siswa sampai peradministrasiannya. Karena di berikan amanah sebagai wali kelas, maka bertambah pula tangung jawab saya sebagi guru. Selain harus menguasai materi dalam mengajar, saya juga dituntut untuk menjadi seorang konselor. Yang nantinya harus siap dimintai saran dan masukkan bagi orang tua murid demi perkembangan belajar anak-anaknya. 

Saya sadar betul ada banyak hal yang harus di capai demi mendapatkan hasil yang memuaskan. Tidak hanya sekedar berhasil mendapatkan tujuan nilai yang tinggi. Memahami kebutuhan anak-anak di sekolah sesuai dengan minat dan bakatnya merupakan hal yang ingin saya capai saat itu. Mendidik anak-anak bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban sebagai guru, namun juga memerikan semua yang terbaik dengan niat yang tulus semata-mata untuk meraih ridho Allah SWT dan membuat anak-anak tumbuh sesuai dengan bakatnya. 
Di awal saya menjadi wali kelas sudah tentu kesulitan yang saya awali pertama kali adalah memahami karakter belajar anak. saat itu saya mendapat kelas kecil dengan 16 siswa di dalamnya. Sebagian anak saya sudah mengenal karakter mereka, namun dari 16 ada 1 anak yang saya lihat sangat unik dari pada teman-temannya yang lain. Mengajar anak-anak yang pintar itu biasa dan mudah. Tapi mengajar anak-anak yang punya cara belajar karakter yang unik itu sangat luar biasa untuk saya. Kalau menerangkan kepada anak-anak yang daya tangkapnya cepat rasanya mudah sekali saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, tapi saat mendapatkan amanah untuk mengajar anak-anak yang daya tangkapnya lamban dan unik ini justru saya merasa tertantang. Apa sebetulnya yang terjadi pada mereka sehingga menghambat pemahamannya saat belajar?

Sebut saja Ferry, Ferry ini memang usianya paling muda daripada teman-temannya yang lain. Ferry memiliki kesulitan dalam memahami kalimat dan bahasa yang terlalu rumit di kelas. Saat saya dengan lancar menjelaskan suatu materi pelajaran di kelas, Ferry cukup tenang dan kondusif di kelas. Namun saat saya tanya Ferry hanya melihat saya dengan tatapan bingung karena tidak memahami kalimat saya, dan teman-temannya yang memperhatikan pun terheran-heran mengapa Ferry sampai memberikan respon yang membingungkan. Tidak sampai di situ, konsntrasi Ferry juga berbeda dengan teman-temannya yang lain. Saat teman-temannya fokus belajar di kelas, Ferry justru asik dengan dunianya sendiri. Mengajak bicara temannya, meskipun teman-temannya tidak mempedulikan Ferry. Dan terkadang ia hanya berkeliling kelas tanpa memerhatikan guru yang sedang memberikan penjelasan. Penyelesaian tugasnya pun sangat lamban sehingga mengganggu pelajaran selanjutnya. Dan banyak keluhan pula dari beberapa guru mata pelajaran yang mengeluh karena Ferry sulit mengikuti pelajaran dengan baik.

Persiapan yang saya lakukan saat mendapatkan Ferry mengalami kesulitan belajar di kelas yang pertama adalah Observasi. Berbekal pengalaman saya mengikuti Komunias Guru Belajar dan mendapatkan kesempatan bergabung dalam Temu Pendidik Nusantara 2018, saya membuat lembar Observasi sederhana. Namun sebelum itu saya konsultasi kepada wakil kepala sekolah, dan Konsultan di sekolah yang dapat memberikan saya masukan. Hingga kemudian saya di arahkan membuat PPI (Program Pembelajaran Individual) yang di dalamnya terdapat hasil observasi siswa dan kesulitan-kesulitan belajar siswa. Dalam jangka waktu tertentu saya harus menargetkan satu tujuan yang dapat di capai oleh Ferry. 
Berbekal catatan saat TPN 2018, saya membuat daftar latihan / tambahan jam kepada Ferry. Karena di dalam PPI terdapat beberapa program belajar yang nantinya akan dilakukan anak didik dalam jangka waktu yang di tentukan. Kesulitan Ferry yang pertama adalah konsentrasi. Ia tidak dapat bertahan duduk lama saat kegiatan belajar berlangsung. Kesulitan yang kedua, Ferry juga sulit memahami kalimat dan pertanyaan yang panjang. 

Langkah selanjutnya setelah membuat Observasi dan membuat PPI, saya kemudian membuat Tes Gaya Belajar untuk Ferry. Ditemukan dari tes yang dilakukan Ferry memang lebih dominan dengan gaya belajar Visual. Setelah menemukan gaya belajar yang cocok untuk Ferry, langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah memanggil orang tua Ferry untuk mengetahui perkembangan belajarnya di sekolah. Menyampaikan observasi dan tes gaya belajar yang telah saya lakukan. Kesan pertama yang di berikan oleh orangtua Ferry adalah kaget. Karena ia tidak menyangka akan di panggil oleh guru kelasnya. Saya memberikan pemahaman kepada orang tua Ferry mengenai kerja sama antar guru, sekolah dan orang tua di rumah. Karena demi mewujudkan suatu tujuan bersama kita perlu kerja sama yang baik. Saya cari tahu juga kebiasaan-kebiasaan apa yang sering Ferry dan orang tuanya lakukan. Saya beri pula masukan bahwa Ferry akan mudah memahami pelajaran dengan gaya belajar visual yang memerlukan banyak warna. Ia akan mudah memahami pelajaran saat menggunakan media bergambar dan berwarna. Setelah orang tua Ferry paham dan sepakat dengan maksud dan tujuan saya ia pun berjanji dan mau turut serta membantu perkembangan belajar Ferry di rumah. 
Langkah berikutnya adalah belajar konsentrasi untuk Ferry. Ya, bukan belajar tambahan. melainkan belajar untuk berkonsntrasi. Ada beberapa treatment dan latihan untuk menambahkan konsentrasi pada Ferry sebanyak 4 kali pertemuan dalam satu bulan. Tentu, ini juga di bantu orang tua Ferry di rumah. Setelah Ferry saya rasa cukup tenang dan bisa duduk lebih lama di tempat duduknya, saya kemudian mulai memasukkan materi pelajaran ke dalam latihan konsentrasi saat sepulang sekolah. Saya mencoba mennerangkan kepada Ferry tentang proses kejadian hujan pada Ferry, menggunakan media gambar. Karena menurut teman yang pada saat itu saya mintai masukan, untuk anak yang sulit berkonsentrasi baik untuk di sediakan kertas dan alat gambar. Saya menggunakan banyak warna dan gambar pada penjelasan proses terjadinya hujan pada Ferry. Dan Ferry menyimak dengan baik apa yang saya terangkan. Proses latihan konsentrasi hanya berlangsung selama 1 jam. 
Keesokan harinya, saat materi pelajaran berlangsung, saya mencoba hasil latihan saya kepada Ferry kemarin siang. Saya meminta anak-anak untuk menjelaskan proses terjadinya hujan saat saya telah jelaskan di depan kelas sebelumnya di depan kelas. saat teman-teman yang lainnya masih menyusun kalimat dan mengumpulkan keberanian, Ferry dengan berani mengangkat tangannya dan mencoba untuk maju ke depan. Dan Surprise! Ferry menjelaskan dengan penjelasan gambar di depan kelas. Dan menggunakan bahasa yang sederhana yang dipahami oleh Ferry. Dan penjelasan melalui gambar yang di jelaskan oleh Ferry membuat teman-teman Ferry yang lainnya berdecak kagum! Karena selama ini mereka hanya melihat Ferry tidak memahami materi pelajaran dengan baik dan lambat dalam memahami pelajaran. 

Apakah sudah selesai sampai disitu persoalan saya? Tidak! Hingga muncul persoalan lainnya. Ferry masih sangat sulit memahami soal di dalam buku teks dan menjawab pertanyaan secara tertulis. Asessment selanjutnya ternyata Ferry juga mencapai tahap Memahami dalam kegiatan membaca. Ia baru sampai pada tahap fonetik menuju fluency dalam membaca. Maka dari itu latihan yang saya lakukan selanjutnya adalah melatih konsentrasi dan pemahaman baca Ferry dengan baik. memberikan waktu yang terbatas untuk Ferry membaca, dan menanyakan isi dari bacaan yang Ferry baca selama waktu yang di tentukan. 
Selanjutnya, saya bertemu kembali dengan orangtua Ferry dan menyampaikan perkembangannya. Keterlibatan orang tua dalam perkembangan belajar anak juga sangat penting. Karena anak-anak menghabiskan banyak waktu di rumah dari pada di sekolah. 

Di bulan kedua setelah berlatih konsentrasi, Ferry selalu di dampingi membaca oleh orang tuanya di rumah. Hingga di saat tidak di duga mulai muncul minat baca pada Ferry. Saya seringkali menemukan Ferry membaca buku sendirian di dalam kelas saat menunggu di jemput oleh Ibunya. Saya kaget sekaligus senang! karena akhirnya muncul minat dan motivasi Ferry untuk mau membaca. Mulai saat itu saya menaruh perhatian lebih pada Ferry saat di kelas. Memastikan Ferry konsentrasi pada pelajaran dan mau memahami teks bacaan dengan baik. meskipun terkadang Ferry masih suka kehilangan fokusnya saat ada hal yang lebih menarik terlihat di depan matanya. 

Hal yang tidak kalah penting yang saya lakukan di kelas selain memberikan treatment khusus pada Ferry adalah memberikan pengertian yang baik terhdapa teman-temannya dikelas. Saat pelajaran di mulai, saya seringkali memberikan Ferry kertas dan alat mewarnai sampai salah satu temannya berkata "Bu, kok Ferry malah menggambar bukannya belajar?" kemudian saya berikan pengertian yang bisa di terima oleh teman-temannya yang lain. "Anak-anakku kalian mau Ferry bisa mengikuti pelajaran dengan baik di kelas?" kemudian akan-anak menjawab serempak "mau bu! biar dia gak main sendiri terus." kemudian saya menjelaskan "Nahh, karena kamu paham kalau Ferry butuh pemahaman yang lebih lama di bandingkan kalian, jadi bantu Ferry untuk bisa berkonstrasi terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Dengan cara menggambar, salah satunya." Dan Alhamdulillah, teman-teman yang lain sangat memahami kebutuhan belajar Ferry di kelas. Mereka tidak mengucilkan Ferry saat mengalami kesulitan belajar. Justru teman-teman Ferry sangat antusias saat membantu Ferry dalam berkonsentrasi dan memahami suatu peajaran. Komunikasi yang baik dan alasan yang bisa di terima menjadi salah satu langkah yang bisa membantu anak-anak seperti Ferry mendapatkan cara belajarnya yang lebih baik. 
Pelajaran yang dapat saya ambil adalah bahwa setiap anak memiliki cara belajarnya masing-masing. Dengan memahami karakter dan kebutuhan siswa maka saya pun memahami literasi lebih dalam. Bukan hanya sekedar membaca, namun juga memahami dan memberikan kebutuhan yang sesuai pada karakteristik belajar anak. 

Di akhir tahun pembelajaran, saya mendapatkan respon yang luar biasa dari orang tua siswa. Mereka menyampaikan pada kepala sekolah secara personal. Bahwa ananda telah mengalami banyak perubahan dalam belajarnya. Ia menjadi lebih cepat dalam mengerjakan tugas dan mulai senang membaca. Meskipun masih tetap harus dalam bimbingan orang tua dan guru.

Harapannya semoga semakin banyak buku dan penelitian tentang Program Pembelajaran Individual yang bisa di akses dengan mudah. Agar dapat membantu setiap guru dalam menyelesaikan masalah yang sama dan sesuai dalam penanganannya. Meskipun ada tim ahli seperti (Psikolog dan Dokter tumbuh kembang anak) seorang guru paling tidak harus mengetahui langkah paling awal dalam menindaklanjuti beberapa kesulitan belajar pada siswa. 

Alhamdulillah, terima kasih 😉
Wabillahitaufik wal hidayah wassalamualaikum!

Komentar

  1. Subhanallah luar biasa, sangat bermanfaat banyak pelajaran yg dapat saya ambil sebagai seorang guru pemula.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIAPA YANG BENAR DAN SIAPA YANG SALAH?

Doa dan Hujan

Basah dan teduh bagian 1