Wanita, rupa yang nyata.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. 
pada dasarnya seorang wanita itu selalu rapuh, namun ia berusaha kuat dalam segala tantangan hidupnya. sejak dulu hingga sekarang. yang membedakan hanya zaman, dan perubahan.
memaknai setiap petuah yang datang, dan setidaknya sudah saya ungkapkan dalam sebuah cerita.. 
Karya : Andini Nur Rahmatunnisa dan Nur Alifah O, bersama Teater Trompah.

Badai menjelang senja..
Malam itu kian larut, bintang bintang mulai sembunyi diperaduannya. Jangkrik dan katak mulai behenti bersahutan. Dedaunan sayu basah karena hujan gerimis semalaman.
Didalam rumah sederhana itu tinggalah seorang ibu dengan anak gadisnya, seorang kuli cuci yang sudah renta itu masih bersemangat untuk membiayai hidupnya dengan putri kesayangannya. Sebut saja ibu retno, wanita paruh baya itu tinggal berdua dengan anak semata wayangnya, rahma yang telah ditinggal pergi oleh ayahnya sejak ia kecil.
(di dalam rumah, ibunda rahma sedang membaringkan tubuhnya pada selembar kain, dinginnya lantai tak menjadi halangan ketika mata tuanya tak sanggup menahan kantuk.)
(dibarengi SILUET , yang isinya pertengkaran rahma dengan suaminya. )
Tidak lain merupakan gambaran dalam mimpi buruk sang ibunda. Karena mimpi buruk itu, lalu ibunda nya pun tersentak dan terbangun dari tidurnya. Ia mengelus-elus dadanya berharap mimpi buruk itu tidak menjadi kenyataan. Kemudian sang ibu beranjak dari tidurnya menuju kain sederhana yang tergeletak dibawah demi mengadukan rasa gundahnya pada sang ilahi.
Ibu         : Ya gusti, semoga apa yang ada pada mimpiku barusan hanya bunga tidur semata.  Hindarkan kami dari segala macam mara bahaya, hamba tidak ingin mimpi itu menjadi kenyataan.
(flight out)
Pagi hari, didapur
Rahma : Aduh, pagi-pagi begini mas purwa disana sedang apa yaa?
Kira-kira dia lagi mikirin aku ndak yaa? (sambil senyum-senyum dan mengelap piring).
Tidak lama, ibu keluar dari kamar menuju ruang makan.
Ibu       : heh, cah ayuu sudah bangun to kamu?
Rahma : (kaget) hh iya bu.
Ibu       : kamu ini ibu perhatikan dari tadi kok senyam-senyum, mesam-mesem, ngguya-ngguyu sendiri?
Rahma : ndak apapa kok bu (sambil senyum)
Ibu       : yang bener? Kok mukanya sumringah begitu?
Rahma : hmm, ibu mau sarapan apa? Minumnya bu.. minumnya? (mengalihkan pembicaraan)
Ibu       : healaah, ndok! Mesti ada maunya ini kalo begini. Wes anak jaman sekarang canggih-canggih.
Rahma : opo to bu, ndak kok. Rahma Cuma kepengen myenengin ibu saja.
Ibu       : Alhamdulillah kalau begitu.. hoalah anak ku gadis semakin dewasa rupanya.. sudah cantik, baik lagi.
Rahma : ahh, ibu bisa saja. Jadi malu.(senyum-senyum)
Ibu       : sik..sik.. kok wangi kembang kantil to kamu? Wangi mbanget pagi-pagi, mau  pergi kemana kamu?
Rahma : ih ibu, kok kembang kantil sih? Kenapa ndak kemangi sekalian to bu. Hmm, ya biasa to bu mau nganter cucian. Emangnya mau kemana lagi?
Ibu       : lah kok ayu menn, memangnya kamu mau nganter ke tempatnya siapa?
Rahma : tempatnya kang mas purwa bu. (senyum-senyum, lalu meutupi mulutnya)
Ibu       : (terdiam sejenak lalu) yowes  yowes, cepetan mangkat kalo begitu, biar ndak kesianagn pulangnya.
Rahma : yasudah rahma berangkat dulu ya bu.. (berpamitan) ass..

Kemudian tinggalah sang ibu sendiri di ruangan itu, sambil melihat rahama berlalu di ambang pintu, lalu ibu berbicara,
Ibu       : ndak terasa, anakku sudah dewasa, umurku semakin renta. Mugo-mugo dia cepat mendapatkan jodoh yang baik ya Allah, amiin.
(flight out)
Malam hari, rahma telihat melamun di ruang tamu sederhana itu sambil memperhatikan satu baju dalam tumpuukakn kain yang ia bawa.
Kemudian sang ibu menyusul masuk, setelah rahma lumayan lama memperhatikan baju itu.
Ibu       : kok ndak dilipetin to ndok pakaiannya, malah di liatin saja?
Rahma : bu.. bu.. (menghampiri ibu) bajunya bagus ya bu. Kalau rahma yang pakai kira-kira bagus ndak yaa..? (sambil mencoba-coba untuk memakainya)
Ibu       : huss, ngawur kamu! Itu baju oarang lo ndok. Jangan suka sembarangan, main pakai-pakai saja. Sini-sini ibu bantu lipat kainnya.
Rahma : ih, ibu tuh ndak bisa melihat rahma senang sedikit saja to bu.
Ibu       : bukan begitu to ndok, itu kan baju orang, nanti kalau rusak kita ndak sanggup ganti.
Rahma : habis, bajunya bagus sih. Kapan ya kita punya baju semewah itu bu?
Ibu       : psti bisa to ndok, sekarang kamu syukuri saja dengan apa yang sudah dikasih sama gusti Allah.
Rahma : bu, memangnya ibu ndak mau apa punya baju bagus, rumah yang mewah,mobil yang banyak, kaya orang2 kaya diluaran sana bu.
Ibu       : wes wes.. kamu ini kebanyakan menghayal malem-malem. Ndak kebablasan edan nanti kamu. Lebih baik kamu sekarang tidur sana, seharian sudah nganter pakaian2 to? Apaa, mau ibu nyanyikan seperti kamu kecil dulu?
Rahma : (tersenyyum, dan begitu saja meletakkan kepalanya di pangkuan sang ibunda)
Ibu       Lsambil mengusap-usapkepala rahma) ibu jadi ingat ndok, dulu kan kesenanganmu di elus-elus dan dinyanyikan lagu ini.
Ee, ndak terasa sekarang kamu sudah dewasa.
Menyanyikan lagu kesayangan.
Seperempat lagu dinyanyikan , kenmudian rahma terbangun.
Rahma : bu.
Ibu       : opoo? Kok ndak tidur?
Rahma : rahma,, rahma mau menikah bu..
 Ibu      : heh alaah, menikah karo sopo to ndok? Emang sudah ada calonya opo?
Rahma : sama mas purwa J(senyum2)
Ibu       : purwa yang mana to?
Rahma : yang itu lo buu.
Ibu       : (berfikir) oo, yang anaknya juragan kelapa sawit itu to, yang tadi pagi kamu antarkan bajunya?
Rahma : iya to buu. Ibune ni pura-pura ndak tau.
Ibu       : heh, orang kaya lo itu. Emangnya dia mau sama kamu dan ibumu yang dekil and the kumel ini?
Rahma : ih, ibu.. ya maulah. Wong dia sudah mau melamar rahma lusa besok kok.
Suasana mulai dingin, ibunda rahma teeringat akan mimpi buruknya.
Ibu       : (tersenyum) kamu yakin dengan pilihanmu? ( menegaskan kembali pertanyaannya dengan kerutan di dahinya, karena memang sudah berumur)
Rahma : rahma sudah yakin benar dengannya.
Ibu       : ndok, pernikahan itu nak semudah berbagi tempat tinggal, makanan, atau menjalankan semuanya secara bersamaan. Banyak hal yang harus kalian persiapkan. Kamu yakin pilihanmu itu bisa menjadi yang baik untukmu?
Rahma : rahma yakin. Mas purwa adalah laki-laki yang mapan, dia pasti bisa memperbaiki  keturunan rahma nanti bu. Dia juga pewaris dari separuh 400 hektar kebun sawit milik keluarganya. Tentu dia sangat mapan untuk membiayai kehidupan kita nanti bu.
Ibu       : Rahma..
Belum sempat ibunda nya bicara, lalu rahma memotong pembicaraan tersebut.
Rahma : ssst, ibu menurut saja apa yang telah aku pilih. Bukankah ibu bahagia karena dapat menantu yang kaya raya?
Ibu       : Rahma.. ibu sudah hidup setengah abad lebih dulu dibandingkan kamu. Ibu lebih tau mana lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Apalagi ini sudah melebihi tahun milenium nak. Ibu mau kamu mendapatkan yang terbaik.
Rahma : jadi maksud ibu, mas purwa bukan laki-laki yang baik ? bukan laki-laki yang pantas untuk rahma ? ibu.. ibu tidak tahu apa-apa tentang mas purwa. Rahma yang menjalani hubungan ini. Jadi rahma lah yang tahu bu. 
Rahma bangun dari pangkuan ibunya, wajahnya agak marah dan terlihat kesal karena merasa
tersinggung oleh apa  yang dikatakan oleh ibunya.
Ibu       : Rahma, bukan begitu maksud ibu. Ketika semua yang ibu rasakan selama ini adalah hasil cermin dari apa yang telah ibu lakukan di masa lalu nak. Ibu tidak mau kamu merasakan hal yang sama seperti apa yang ibu rasakan.
Rahma : alah ( rahma mengibaskan lengannya) bilang saja kalau ibu tidak suka pada mas purwa, karena ia adalah lelaki yang sudah menduda sebanyak 3 kali, ya to?
Ibu       : rahma, setiap ibu pasti memiliki rasa batin yang sangat kuat terhadap anaknya, ibu tahu benar. Ibu bisa membaca apa yang ada pada pria pilihanmu itu nak.
Rahma : terserah ! aku hanya ingin menikah dengan mas purwa! Tidak ada yang bisa melarangku sekalipun itu maut ! cinta kami abadi.
Rahma lalu pergi ke kamarnya dengan emosi yang menggebu-gebu. Membanting pintu kamar
hingga  suasana berubah dengan suara bantingan pintu.

Ibu hanya diam, ia lalu memejamkan matanya sambil memegang dada nya yang mungkin agak sesak karena bentakan bentakan yang keluar dari mulut anaknya.
Ibu       : yaa gusti, ampuni hamba.
(flight out)
Lusa pun datang, pernikahan tak bisa dihindari. Rahma dan lelaki pilihanya menikah. Tanpa restu dan kehadiran ibundanya rahma menikah, mata hati nya telah ditutupi oleh cinta dan harta.
Disamping itu, ibunda rahma baru beranjak dari tidurnya dengan langkah yang gontai  mengungat netapa ini merupakan hari yang sakral sekaligus menghujam jantungnya. Pernikahan anak semata wayangnya yang tidak ia restui.
Ibu       : (melihat-lihat foto, boneka, dan segala tentang rahma) lumayan lama ibunda nya memeluki dan mengusap-usap brang-barang itu.
Setelah akad nikah berlangsung, dan rahma telah menjadi istri syah dari suaminya, lantas ia kembali kerumah untuk berpamitan kepada ibunya untuk pergi meninggalkan sang ibunda.
Datang dari pintu dan menghampiri sang ibu.
Rahma : bu, rahma mau pergi. Rahma mau tinggal sam mas purwa di luar kota. Rahma sekarag punya baju, rumah dan mobil yang bagus bu. Rahma harus ikut dengan mas purwa.
Sang ibu hanya diam, sambil mengusap-usap foto ditangannya.
Purwa  : Rahma, ayo lekas beangkat! Pesawatnya sebentar lagi lepa landas. Sudahlah ndak usah kamu pikirkan ibumu yang sudah peot itu. (dengan suara dan nada yang sangt kasar)
Lalu rahma pergi, menuruti semua perkataan suaminya itu dengan tanpa beban meninggalkan sang ibunda.

Dilantunkannya lagi tembang jawa itu..
Yen ing tawang ono, lintang
Cah ayuu aku ngenteni tekamu..
Marang mego ing angkoso ninmas
Sing takoke pawartamu...
dengan suara serak, dan mata yang berair ia bernyanyi sambil mengusap usap foto yang nampaknya usang di meja sebelahnya.

Part II
Seiring berjalannya waktu, 5 tahun rahma menikah dengan pria pilihannya. Mereka temui banyak warna kehidupan. Hitam, putih atau mungkin kelabu...
Sang ibunda yang merasa kesepian itu sudah terduduk di atas tikar tempat ia biasa bersenda gurau dengan rahma.
Ibu       : ya Allah, sudah lama rahma ndak kembali pulang. Dia ndak pernah menengok dan menanyakan kabarku, suratpun tak ada satupun yang sampai kemari. Bagaimana keadaannya sekarang ya? Sedang apa dan apakah kamu bahagia disana ndok? Ya gustii.. gusti..nanti kalau ibu pergi, apa kamu masih mau melihat ibu ndok?

(sadur)
Nok, cah ayu.. kemana senyummu yang dulu
Selalu diuntaikan untuk ibu?
Kugendong di punggung, meski ember menggelayut di kedua tanganku.
Nok, cah ayu.. kubelai rambutmu setiap kau mengeluh padaku
Karena mereka yang sering menjahilimu.
Ku usap-usap kening dan kepalamu.. kutengok lagi..
Lalu kuciumi keningmu..
Nok, cah ayu.. berbelas tahun ku rawat dirimu
Berbelas tahun timpang, mengurusmu dengan tangan ibu sendiri..
Ya gusti allah, berikan petunjuk pada putriku. Ia hanya cinta..
Ia hanya mempertahankan kasih sayangnya..
Aku tahu, ia sangat tulus.. maka rangkul ia hingga jalanmu yang lurus...


(flight out)
Sebuah masalah yang menggelayuti hubungan keluarga, menggelayuti stiap detik waktu setiap langkah hidup.. dan terjadi pada hubungan rumah tangga rahma dan suaminya.

Terdengar dari belakang panggung, rahma dan suaminya brtengkar.
Rahma : sudah puas kamu menyakiti hatiku mas? Sudah puas kamu rusak kebahagiaanku? HAH! Kau bermain dengan semua wanita-wanit itu, aku diam agar anak kita tidak membencimu sebagai ayah. Tapi apa, kelakuanmu sungguh diluar prilaku binatang! Kamu benar-benar sudah menghancurkan semuanya! Sambil menangis, tersedu-sedu)
Purwa  : lalu, apa.. apa. APA maumu wanita bodoh?
Rahma : Ceraikan aku! CERAIKAN ! CERAIKAAAN!
Purwa  : oooh, baik jika itu permintaamu. Akan kuceraikan kau sekarang juga! Cuih
Kemudian rahma pergi dan kembali pulang pada peraduannya, rumah reot yang telah membesarkannya dulu.
Rahma : ibuu.. bu.. ibu... ! (mengetuk pintu) bu, rahma pulang buu! (sambil menangis)
Mendengar suara ketukan pintu, ibunda rahma langsung membukakannya.
Ibu       : (membuka pintu) ndok.. kamu sudah pulang nak..
Rahma : sujud ke kaki ibunya. Maafkan rahma bu.
Ibu       : ndok, kenapa nak...? ada apa(ikut menangis) apa yang sesungguhnya terjadi?

Rahma : (menangis) bu... rahma nggak kuat. Rahma capek. Rahma sakit.. ( menangis)
Diletakkannya kepala rahma dipangkuannya kemudian ia dendangkan lagi lagu langgam kesayangannya.
Ibu       : ia ndok, tapi kenapa?
Rahma : (masih menangis) aku sudah terlalu lelah bu. Batinku tersiksa, bertahun tahun rahma pertahankan hubungan ini, menyembunyikan segala prilaku biadabnya.tapi apa bu?  mas purwa justrua menganggap rahma hanya sebagai sampah bu.
Ibu       : sssst, ndok ibu mengerti perasaan mu. (menenangkan rahma)
Kemudian ia memberi wejangan :
Ibu       :  Ndok,.. kamu sudah dewasa. Kamu harus menjadi wanita yang kuat., tegar dan sabar. (menghela nafas, matanya yang nampak lelah menatap putrinya dengan lembut, lalu tersenyum. Dan suaranya menyembunyikan duka dan lelahnya) kuatkan hatimu.. jadilah pribadi yang mandiri, jangan pernah bergantung pada siapapun juga, sekalipun itu suamimu.
Ibu       : tersenyum. Hanya kamu dan tuhan yang tahu air mata dan keluhanmu. Karena hanya tuhan yang mampu menyelesaikan segala perkara dalam hidup.dan tak selayaknya anakmu tahu bahwa begitu berat engkau berjuang untuk satu tarikan nafas mereka. Lihatlah mereka saat kamu sedih dan lelah, niscaya akan kamu temukan hidup, tawa dan kebahagiaan lewat mereka.
Rahma : mulai menghentikan tangisannya. Lalu ia hanya memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan lembut dari tangan sang ibunda.
Kemudian ibu berbicara lagi..
Ibu       : kamu tahu nak, ada hal yang mestinya diketahui wanita dan wanita boleh bangga dengan ini nak. Seorang pria tidak sanggup hidup tanpa wanita disisinya entah hanya sebagai teman ataupun sebagai pasangan. Tanpa wanita, mereka sebenarnya merasa tak berdaya mereka hanya menutupi itu dengan kesombongan mereka sendidri. Tapi nak , seorang wanita sanggup bertahan tanpa ada pria yang mendampinginya.karena kita dibentuk untuk menjadi mandiri sejak masih kanak-kanak. Sekalipun mungkin kamu pernah mendengar bahwa orang jawa berkata wanita itu wani ditoto, tapi menurut ibu, lebih tepat wanita itu berarti wani noto.

Rahma tenggelam dalam belaian tangan sang bunda. Kemudian ia dibiarkan tertidur di paha ibunya. Dan menyanyi lagi..
Kamu pasti bisa, nok.. cah ayu J ( kemudian di tinggalnya rahma sendiri tertidur di sofa, lantas ibundanya pergi untuk pergi shalat ashar. Karena hampir magrib ia memberi wejangan kepada anaknya yang malang.
(flight out)

Waktu menunjukkan pukul 17:45 langit sore begitu senja..
Warna merah nan sayu menjemput rembulan untuk hadir di awalnya malam. Rahma terbangun dari tidurnya.
Rahma : (mengusap usap wajahnya, mencoba untuk menyadarkan dirinya dari tidur dan peristiwa yang terjadi sebelumnya) ya allah, apa yang telah hamba perbuat selama ini? Sungguh aku telah melukai hati ibu yang sangat tulus. Membantah semua yang ibu nasihatkan padaku. Dan pahit itu kini telah sampai di ujung lidahku, maafkan hambamu yang lara ini ya Allah. (rahma teringat ibunya, ia lalu mencari dan memanggil-manggil nama ibunya) bu.. ibuuu... buuu..
Flight out..
Di sebuah ruangan, nampaknya sebuah ruangan khusus sang ibu untuk mengadu kepada ilahi rabbi. Di sebuah ruang shalat dimana sang ibu tengah melaksanakan shalat. Terlihat rahma datang dengan teh hangat di atas nampan yang dibawanya. Rahma berniat untuk meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan selama ini terhadap ibunya.
Rahma lalu masuk dengan langah pelan menghampiri ibunya.
Rahma : bu, boleh rahma masuk?
Ibu       : -
Rahma : (karena tidak ada jawaban, rahma lalu masuk dan mendekati ibunya) bu.. ini rahma bawakan teh manis hangat kesukaan ibu.
Namun tidak ada jawaban dari sang ibunda.
Kemudian rahma meraih tangan ibunya dengan lembut dan sangat hati-hati karena takut mengganggu kekhusyukan ibadah sang bunda.
Rahma : bu..
Namun seketika, rahma terdiam merasakan hawa dingin pada tubuh ibunya.
Lalu..
Seketika tubuh wanita senja itu jatuh tak berdaya.
Rahma : ibuu.. bu.. ibuuu.. buuu. ( menggoncang-goncangkan tubuh ibunya, diraihnya tangan dan dicarinya denyut nadi sang ibu)
Tangis pun pecah.. dipeluknya erat tubuh sang ibunda, lalu diciuminya sang ibu. Ibunda rahma telah pergi meninggalkan rahma sekitar 15 menit yang lalu.
Dipangkunya tubuh ibunda rahma dengan balutan kain shalat yang belum dilepas.
Rahma : aku tahu, begitu banyak beban dan derita yang ia tanggung sendiri, namun dia masih sempat membagi begitu banyak hal padaku. Masih dia punya waktu untuk menyentuh setiap hati anak-anak nya yang mungkin sering tak peduli pada nya. Mengucap sebaris doa di awal dan akhir harinya untuk anak nya yanng mungkin ingat berdoa pun tidak.

Dan ibuu, aku tahu bahwa setiap butir mata kami adalah duka juga untukmu.. dan setiap bahagia kami adalah bahagia baginya.. dan aku hanya sekedar tahu, dan itu takkan pernah cukup...
Maafkan rahma ibu.. (meneteskan air mata yang terakhir, lalu mencium kening sang bunda, dan ia usap wajah tua sang ibu dengan segala doa dan cinta. Kemudian adzan magrib pun berkumandang)
Dimalam selanjutnya, terlihat rahma kembali duduk ditempat biasanya sang ibu selalu mendendangkan lagu langgam kesukaannya, sambil membelai kepalanya dulu.

Dikala senja datang
Memisahkan antara waktu malam dan siang
Menghantarkan matahari kemballi ke peraduannya
Mendampingi lagi bulan menuju tahtanya
Dan saat senja tiba..
Kita tak mampu menahannya
Kita hanya mampu membiarkannya berlalu
Tanpa tahu apa yang telah kita dapat
Selama pagi dan siang
Hingga pada malam datang
Kita hanya bisa menyesali sebuah kesia-siaan
Ibuu.. aku rindu kepadamu..





SELESAI..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIAPA YANG BENAR DAN SIAPA YANG SALAH?

Doa dan Hujan

Basah dan teduh bagian 1